Sabtu, 31 Oktober 2009

Kontrasepsi IUD

2.1 Pengertian

AKDR atau IUD ( intra uterin device ) adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim (Hartanto, 2004). Di mana AKDR terdiri dari bermacam-macam bentuk, terdiri dari plastik (polietiline), ada yang di lilit tembaga (Cu), ada pula yang tidak. Tetapi ada pula yang di lilit tembaga bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone, Alat ini berfungsi untuk mencegah bersemainya sel telur yang telah dibuahi di dalam Rahim.Alat ini cukup Efektif dengan kemampuan sampai 97 - 98 % dalam mencegah kehamilan ,adapun lama pemakaiannya dapat sampai 4 - 5 tahun ,setelah itu harus ganti dengan yang baru. Nama popularnya adalah spiral




Sumber : http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/alat-kontrasepsi-dalam-rahim
Pemasangan IUD dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih untuk itu.
Pemasangan IUD dilakukan di :
a. Puskesmas
b. Rumah Sakit / Rumah Bersalin
c. Dokter atau Bidan praktek Swasta
d. Posyandu yang ada pelayanan IUD

Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan
b. 40 hari setelah melahirkan
c. setelah terjadinya keguguran
d. hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama haid
Waktu Pemakai Memeriksakan Diri
a. 2 minggu setelah pemasangan
b. 1 bulan pasca pemasangan
c. 3 bulan kemudian
d. setiap 6 bulan berikutnya sampai satu tahun
e. bila terlambat haid 1 minggu
Jenis-Jenis IUD :
A.Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan amenorhea.
B.Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.
C.MultiLoad
IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
D.LippesLoop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.
E. Progesteron IUD
IUD ini mengandung 38 mg progestin pada batangnya dan setiap hari melepaskan 65 ug. Kelebihannya adalah kemampuannnya untuk mengurangi jumlah darah haid yang keluar sehingga menaikkan kadar besi serum, tetapi karena gangguan perdarahan ( perdarahan lama dan perdarahan bercak ) juga lebih banyak, maka kejadian pengangkatan karena alasan medis tidak berbeda dengan AKDR pada umumnya. Ia harus diganti setiap tahun karena depot progestin mencapai titik terendah yang menghawatirkan terjadinya kegagalan. Karena alasan inilah AKDR ini tidak popular diindonesia. Sekarang sedang dilakukan uji klinis AKDR jenis ini yang bias bertahan selama 4 tahun.






a) Lippes-Loop
b) Saf-T-Coil
c) Dana-Super Danauprum
d) Copper-T(Gyne-T)
e) Copper-7(Gravigard)
f) Multiload
g) Progesterone IUD

Sumber : http://askep-kesehatan.blogspot.com/2008/12/iud-intra-uterine-device-atau-alat.html

2.2 Mekanisme Kerja IUD
• Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
• Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
• AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
• Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.









Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontarasepsi, hal MK-75
Mekanisme kerja IUD yang telah dikemukakan :
a) Timbulnya reaksi radang lokal non spesiffik di dalam rongga rahim sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Munculnya lekosit
polimorfonuklear, makrofag, foreign body giant cells, sel mononuklear dan sel plasma yang mengakibatkan lisisnya spermatozoa / ovum dan blastokis.
b) Produksi lokal prostaglandin meningkat, menyebabkan terhambatnya implantasi
sel telur yang telah dibuahi.
c) Pergerakan ovum yang bertambah cepat diddalam tuba Fallopii.
d) Immobilisasi spermatozoa saat melewati kkavum uteri.
e) Gangguan / terlepasnya blastokis yang beerimplantasi pada endometrium.
f) Penelitian terakhir diduga alat dalam raahim juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
Mekanisme kerja alat dalam rahim yang mengandung Cu :
a) Antagonisme kationik yang spesifik terhadap Zn terdapat dalam enzim karbonik
anhidrase yaitu salah satu enzim traktus genitalia wanita dimana Cu
menghambat reaksi karbonik anhidrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinya implantasi; juga menghambat aktivitas alkali phosphatase.
b) Mengganggu pengambilan estrogen endogen oleh mukosa rahim dan jumlah DNA dalam sel endometrium.
c) Mengganggu metabolisme glikogen.
d) Penambahan Ag pada alat dalam rahim yang mengandung Cu akan mengurangi fragmentasi Cu sehingga Cu lebih lama habisnya.
Mekanisme kerja alat dalam rahim yang mengandung hormon progesteron :
a) Gangguan proses pematangan proliferasi-sekretoris sehingga timbul penekanan
terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap
dalam fase proliferasi).
b) Lendir serviks lebih kental / tebal karena pengaruh progestin.

2.3 Cara pemasangan dan pencabutan IUD
Pemasangan IUD coper T 380A
a. Masukkan lengan IUD Cu T 380A didalam kemasaan sterilnya :
• Buka sebagian plastic penutupnya dan lipat kebelakang
• Masukkan pendorong kedalam tabung inserter
• Letakkan kemasaan dalam tempat yang datar
• Selipkan kertas pengukur dibawah lengan IUD
• Pegang kedua ujung lengan IUD dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tebung inserter dari bawah lipatan lengan
• Angkat sedikit tabng inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan IUD yang sudah terlpat tersebut kedalam tabung inserter.
b. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
c. Usap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2 sampai 3 kali
d. Jepit serviks dengan lenakulum secara hati – hati
e. Masukkan sconde uterus dengan teknik ”tidak menyentuh” yaitu secara hati-hati memasukkan sconde kedalam uterus dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum
f. Tentukan posisi dan kedalaman rongga uterus
g. Keluarkan sconde dan ukur kedalaman rongga uterus pada tabung inserter yang masih berada didalam kemsaan sterilnya dengan mengeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasaan
h. Keluarkan inserter dari tempat kemasaannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati – hati jangan sampai pendorongnnya terdorong
i. Pegang leher biru dalam posisis horizontal ( sejajar dengan IUD ) kemudian masukan tabung inserter serta secara hati – hati kedalam uterus sampai leher biru tesebut menyentuh serviks atau sampai terase adanya tahanan.
j. Pegang serta than lenakulum dan pendorong dengan satu tangan
k. Lepaskan IUD dengan menggunakan teknk with drawal yaitu menarik keluar tabung inserter yaitu menarik keluar tabaung inserter sampai pangkal penderong dengan tetap menahan pendorong
l. Keluarkan pendorong dan tabung inserter dorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau tersa adanya tahanan
m. Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kurang lebih 3 – 4 cm
n. Keluarkan seluruh tabung inserter
o. Lepaskan lenakulum tabung hata – hati
p. Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan lenakulum, tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik
q. Keluarkan speculum dengan hati – hati.


Pencabutan IUD Coper T 380A
a. Lakukan pemeriksaan bimnual, pastiakan gerakan serviks bebas, tentukan besar dan posisis uterus, dan pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
b. Pasang speculum vagina untuk melihat serviks
c. Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 – 3 kali
d. Jepit benang yang dekat serviks dengan klem
e. Tarik keluar benang dengan hati – hati untuk mengeluarkan IUD
f. Tunjukkan IUD tersebu pada klien
g. Pasang IUD yang baru bila klien menginginkan dan kondisinya memungkinkan.
h. Keluarkan spekulum dengan hati – hati





2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi IUD
a. Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
a) Usia reproduktif
b) Keadaan nulipara
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d) Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f)  Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g)  Risiko rendah dari IMS
h) Tidak menghendaki metoda hormonal
i) Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama
k) Perokok
l) Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.


b. Kontra Indikasi
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
a) Belum pernah melahirkan
b) Adanya perkiraan hamil
c) Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
d) Perdarahan vagina yang tidak diketahui
e) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
f) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik
g) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat mempengaruhi kavum uteri
h) Penyakit trofoblas yang ganas
i) Diketahui menderita TBC pelvik
j) Kanker alat genital
k) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
Sumber : http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/alat-kontrasepsi-dalam-rahim/

2.5 Efektifitas IUD
AKDR termasuk salah satu alat kontrasepsi yang sangat efektif. Tergantung modelnya, angka kehamilan untuk beberapa jenis AKDR bervaiasi antara kurang dari 1 sampai 5 per 100 wanita pertahun. AKDR bertembaga atau yang mengandung obat pada umumnya lebih efektif dibandingkan AKDR polos. Angka kehamilan pada lippes loop D misalnya mencapai 4-5 % sedang untuk TCu 380A kurang dari 1 per 1000 wanita pertahun. Kehamilan bisa terjadi baik sewaktu AKDR masih ditempat ( in situ ) atau karena ekspulsi yang tidak diketahui, atau karena terjadi translokasi baik parsial maupun sempurna.
Sumber : teknologi kontrasepsi hal : 41
IUD sangat efektif, (efektivitasnya 92-94%) dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380A dapat untuk 8 tahun . Kegagalan rata-rata 0.8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Sumber : http://askep-kesehatan.blogspot.com/2008/12/iud-intra-uterine-device-atau-alat.html
Keuntungan AKDR
Menurut Dr David Grimes dari Family Health International di Chapel Hill, Carolina Utara, seperti dikutip News yahoo, dokter sering kali melupakan manfaat IUD dalam pengobatan endometriosis. Laporan tersebut diungkapkan dalam pertemuan di The American College of Obstetricians and Gynecologist, New Orleans. David mengatakan, IUD mampu mengurangi risiko kanker endometrium hingga 40 persen. Perlindungan terhadap kanker ini setara dengan menggunakan alat kontrasepsi secara oral.
1. Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan). Pencegah kehamilan jangka panjang yang AMPUH, paling tidak 10 tahun
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual. Hubungan intim jadi lebih nyaman karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI. Aman untuk ibu menyusui – tidak mengganggu kualitas dan kuantitas ASI
7. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
8. Dapat digunakan sampai menopause
9. Tidak ada interaksi dengan obat-obat
10. Membantu mencegah kehamilan ektopik
11. Setelah IUD dikeluarkan, bisa langsung subur


Kerugian AKDR
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter. Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik jika:
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya. Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan gejala-gejala diatas.
Sumber:
http://www.plannedparenthood.org/library/BIRTHCONTROL/EC.html.
2.6 Efeksamping
a) Saat Insersi, Rasa sakit/nyeri, muntah, keringat dingin dan syncope, serta perforasi uterus.
b) Setelah Insersi, Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, dan perdarahan (spotting) antar menstruasi dan saat haid lebih sakit.
c) Efek samping umum terjadi: perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit
d) Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
e) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
f) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti pasangan
g) Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD, PRP dapat memicu infertilitas
h) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan IUD
i) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
j) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat melepas
k) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
l) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD mencegah kehamilan normal
m) Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya kedalam vagina, sebagian perempuan tidk mau melakukan ini.

2.7 Penanggulangan efeksamping
Pengeluaran dan Komplikasi AKDR di Kemudian Hari menurut Hartanto (2004) bila terjadi :
A. Rasa Sakit Perdarahan
1) Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian AKDR, yaitu kira kira 4 -15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian, rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian AKDR.
2) Perdarahan bertambah banyak dapat berbentuk :
a) Volume darah haid bertambah, kecuali pada AKDR yang mengandung hormon.
b) Perdarahan berlangsung lebih lama
c) Perdarahan bercak/ spotting diantara haid.
B. Embedding dan Displacement
AKDR tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrium.
C. Infeksi.
1) Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan pemakaian AKDR.
2) Akseptor AKDR mempunyai risiko 2 X lebih besar untuk mendapatkan PID dibandingkan non – akseptor KB.
3) PID adalah suatu istilah luas yang menunjukkan adanya suatu infeksi yang naik dari serviks kedalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
4) Komplikasi PID umumnya berat, antara lain dapat menyebabkan sumbatan partial ataupun total pada satu atau kedua tuba falopii, dengan akibat bertambah besarnya kemungkinan insidens kehamilan ektopik dan infertilitas.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi :
a) Insersi (terutama dalam 2-4 bulan pertama post-insersi
b) Type/ macam AKDR
c) Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
Penanganan efek samping penggunaan alat dalam rahim
1) Perdarahan :
- Vitamin : Vitamin K 3 x 1 per hari (3-5 hari); vitamin C 3 x 1 per hari (3-5 hari)
- Koagulansia : Adona 3 x 1 per hari (3-5 hari)
- Zat besi
2) Infeksi :
- Antibiotik : Amoksisilin 3 x 500 mg per hari (3-5 hari), teramisin 3 x 500 mg
per hari, eritromisin 3 x 500 mg per hari, penisilin injeksi 80.000 IU per hari (3-
5 hari).
- Bila pengobatan tidak berhasil maka alat dalam rahim dicabut dan diganti
dengan kontrasepsi lain.
3) Keputihan :
- Memberikan obat vaginal seperti albotyl bila ada erosi porsio.
- Pengobatan disesuaikan dengan penyebab keputihan.
- Bila pengobatan tidak menolong, alat dalam rahim dicabut dan diganti dengan
cara lain.
4) Ekspulsi alat dalam rahim :
- Alat dalam rahim yang terlalu kecil, ganti dengan alat yang lebih besar.
- Alat dalam rahim yang terlalu besar, ganti dengan alat yang lebih kecil.
5) Perforasi / translokasi :
- Pastikan terjadinya perforasi dengan sondase.
- Rujuk ke rumah sakit untuk pemeriksaan foto BNO, USG dan pertolongan lebih
lanjut.
- Laparatomi / laparoskopi atau kuldoskopi.
6) Nyeri haid :
- Analgetik, spasmolitik.
- Bila tidak berhasil, ganti alat dalam rahim yang baru dan cocok serta beri
antibiotik.
7) Nyeri senggama :
- Antibiotik bila terjadi infeksi.
8) Mules / nyeri perut :
- Analgetik, spasmolitik atau kombinasi keduanya.
- Bila alat dalam rahim mengalami ekspulsi sebagian maka alat tersebut
dikeluarkan dan ganti dengan alat yang baru.
9) Keluhan suami :
- Bila benang panjang, potong lebih pendek
10) Penanggulangan Perforasi AKDR menurut Hartanto (2004) :
a) Perforasi partial : keluarkan AKDR
b) Perforasi komplit :
1) Closed devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya strangulasi usus.
2) Cu devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya timbulnya reaksi inflamasi dan adhesi sekitar AKDR di dalam rongga peritoneum (adhesi omentum).
3) Open –linier devices : Sampai sekarang masih ada 2 pendapat : Menurut Medical Advisory Panel IPPF, tidak perlu dikeluarkan kecuali bila ada gejala-gejala dan keluhan abdominal. Harus dikeluarkan meskipun tidak ada gejala-gejala dan keluhan abdominal.
Sumber : http://meli14.wordpress.com/2007/06/29/kontrasepsi/s

BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN


MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. T DENGAN
KB IUD JENIS CU T 380A TANGGAL 2 JUNI 2007
DI PUSKESMAS TAMALATE

I. PENGUMPULAN DATA
A. Pengkajian Tgl pengkajian : 02 juni 2007

1. Data Subyektif
A. Biodata
Istri Suami
Nama Istri : Ny.T Nama Suami : Tn.S
Umur : 37 tahun Umur : 39 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : PNS
Alamat : Padebuolo Alamat : Padebuolo

B. Anamnesa
1. Alasan Kunjungan : Ibu datang ke klinik KB untuk pasang IUD
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan yang lalu : Baik, Ibu tidak pernah menderita penyakit nyeri tekan perut bawah/nyeri serfiks,kencing terasa panas,pengeluaran pus atau mukus pervaginam (Gonorrhoea,Syphilis),penyakit tekanan darah tinggi .

b) Riwayat kesehatan keluarga : Baik, Dalam keluarga tidak ada yang mederita penyakit dengan kelainan pembentukan darah,DM,kanker atau paru-paru serta riwayat alergi pada logam.

c) Riwayat kesehatan sekarang : Baik, Saat dikaji ibu mengatakan tidak sedang menderita sakit kencing manis.Sakit perut bagian bawah/nyeri tekan, pusing-pusing,anyang-anyang,panas dingin (demam). Gemetar atau keluar keringat dingin saat beraktifitas..

3. Riwayat Reproduksi
a) Haid
1) Menarche : umur 12 tahun
2) Siklus haid : teratur 28 hari
3) Dismenorhoe : tidak ada
4) Lamanya : 4 – 5 hari
5) Keadaan haid sekarang
b) Riwayat Obstetri : P2A0
4) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
Selama kehamilan ibu teratur ke bidan,tidak mengalami gangguan/penyakit.
a) Anak I,usia kehamilan aterm,lahir spontan di bidan,BB:3000 gr.
b) Anak II usia kehamilan aterm,lahir spontan di bidan,BB:3400 gr,hidup tidak ada
kelainan sekarang umur 4 bulan masa nifas sehat tidak ada penyakit.
5) Riwayat KB
a) Setelah kelahiran anak I ibu menggunakan KB suntik selam 3 tahun.
b) Setelah kelahiran anak ke II ibu menggunakan KB IUD,karena dulu waktu ikut KB suntik tdk pernah menstruasi dan BB tambah gemuk.

6) Riwayat pemenuhan kebuuhan dasar
a) Nutrisi
• Pola makan : teratur
• Frekwensi : 3 kali sehari yaitu nasi, ikan dan sayur
• Kebutuhan minum : terpenuhi 8 – 10 gls air putih
• Makanan pantang : tidak ada
b) Istirahat
• Tidur siang : 1,5 – 2 jam per hari
• Tidur malam : 8 – 10 jam perhari
c) Eliminasi
• BAK : frekwensi 3x sehari, warna kekuningan bau pesing
• BAB : frekwensi 2x sehari, konsistensi padat, warna kecoklatan
7) Aktifitas
• Sebelum ikut KB : Ibu terbiasa melakukan sendiri pekerjaan rumah tangganya.
• Seudah ikut KB : Ibu terbiasa melakukan sendiri pekerjaan rumah tangganya.

8) Personal hygiene
• Kebersihan rambut : lurus dan hitam, tidak berketombe
• Mandi : 2x sehari, pagi dan sore
• Pakaian : 2x sehari ganti pakaian dan setiap habis mandi
• Kuku kaki dan tangan : bersih

9) Pola sexual : 1-3x/ minggu, tanpa ada keluhan nyeri

2.Data Obyektif
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV
TD :120/80mmHg R : 20 kl/mnt
Nadi : 80 kl/mnt Suhu : 36 drjt
BB : 56 kg TB : 155 cm
d. Pemeriksaan fisik
• Kepala : rambut bersih,warna hitam,tidak rontok,penyebaran merata.
• Mata : conjungtifa tidak anemis sklera tidak ikterus
• Hidung : bersih,simetris,tidak ada polip,tidak ada sekret,penciuman baik.
 Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, dan kelenjar limfe.
• Dada : simetris kiri dan kanan, dan tidak ada benjolan
 Abdomen : tidak ada pembesaran uterus,tidak teraba massa/tumor,tdk ada nyeri tekan pada perut bawah,tidak ad pembesran hepar.
 Genetalia
 Inspeculo : Cervic tidak dijumpai pus atau mukus yang berkebihan,tidak ada perdarahan,tidak ada oedem dan varices pd vagina.
 Bimanual : Tanda-tanda infeksi tidak dijumpai,seperti nyeri tekan daerah adnexa.
• Ekstremitas : Tidak ada varices ataupun oedem pada kaki,kuku tidak pucat.



II. INTERPRETASI DATA DASAR
1) Diagnosa : Ny.T P2A0 37 Tahun,Calon Akseptor KB IUD jenis CU T380A,
Dasar : Ibu mengatakan ingin menggunakan KB IUD CU T 380 A
Masalah : tidak ada
Kebutuhan : tidak ada
III. DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. TINDAKAN SEGERA
Tidak ada
V. INTERVENSI

1. Jelaskan tentang efek samping IUD.
2. Lakukan pemeriksaan sesuai standart pelayanan dengan secara sistematif.
3. Beritahu klien tentang hasil dari pemeriksaan, dan mantapkan klien dengan KB IUD yang dipilihnya
4. Lakukan pemasangan IUD
5. Jadwalkan klien untuk kontrol ulang 2 minggu kemudian.

VI. PELAKSANAAN

Tgl : 02 juni 2007 jam 14.30 WIB

1. Menjelaskan pada ibu tentang efek samping yang timbul
• Saat pemasangan, Rasa sakit/nyeri, muntah, keringat dingin dan syncope, serta perforasi uterus.
• Setelah pemasangan, Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, dan perdarahan (spotting) antar menstruasi dan saat haid lebih sakit.
2. Lakukan pemeriksaan bimnual, pastiakan gerakan serviks bebas, tentukan besar dan posisis uterus, dan pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa.
3. Setelah dilakukan pemeriksaan tidak terdapat kontraindikasi untuk pemasangan IUD, dan klien bersedia untuk dilakukan pemasangan IUD.
4. Melakukan pemasangan IUD
Langkah – langkah yang dilakukan :
a) Masukkan lengan IUD Cu T 380A didalam kemasaan sterilnya :
• Buka sebagian plastic penutupnya dan lipat kebelakang
• Masukkan pendorong kedalam tabung inserter
• Letakkan kemasaan dalam tempat yang datar
• Selipkan kertas pengukur dibawah lengan IUD
• Pegang kedua ujung lengan IUD dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal lengan melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tebung inserter dari bawah lipatan lengan
• Angkat sedikit tabng inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan IUD yang sudah terlpat tersebut kedalam tabung inserter.
b) Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
c) Usap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2 sampai 3 kali
d) Jepit serviks dengan lenakulum secara hati – hati
e) Masukkan sconde uterus dengan teknik ”tidak menyentuh” yaitu secara hati-hati memasukkan sconde kedalam uterus dengan sekali masuk tanpa menyentuh dinding vagina ataupun bibir spekulum
f) Tentukan posisi dan kedalaman rongga uterus
g) Keluarkan sconde dan ukur kedalaman rongga uterus pada tabung inserter yang masih berada didalam kemsaan sterilnya dengan mengeser leher biru pada tabung inserter, kemudian buka seluruh plastik penutup kemasaan
h) Keluarkan inserter dari tempat kemasaannya tanpa menyentuh permukaan yang tidak steril, hati – hati jangan sampai pendorongnnya terdorong
i) Pegang leher biru dalam posisis horizontal ( sejajar dengan IUD ) kemudian masukan tabung inserter serta secara hati – hati kedalam uterus sampai leher biru tesebut menyentuh serviks atau sampai terase adanya tahanan.
j) Pegang serta than lenakulum dan pendorong dengan satu tangan
k) Lepaskan IUD dengan menggunakan teknk with drawal yaitu menarik keluar tabung inserter yaitu menarik keluar tabaung inserter sampai pangkal penderong dengan tetap menahan pendorong
l) Keluarkan pendorong dan tabung inserter dorong kembali ke serviks sampai leher biru menyentuh serviks atau tersa adanya tahanan
m) Keluarkan sebagian dari tabung inserter dan gunting benang IUD kurang lebih 3 – 4 cm
n) Keluarkan seluruh tabung inserter
o) Lepaskan lenakulum tabung hata – hati
p) Periksa serviks dan bila ada perdarahan dari tempat bekas jepitan lenakulum, tekan dengan kasa selama 30 – 60 detik
q) Keluarkan speculum dengan hati – hati.

5. Memberitahu ke pada klien untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 16 juni 2007 untuk pengecekan jika ada masalah atau keluhan




VII. EVALUASI
Tgl : 02 juni 2007 jam 17.30 WIB
S : Ibu mengatakan lega setelah dilakukn pemasangan KB IUD misal tentang bermacam-macam efek samping yg mungkin terjadi.
O : - TTV : T :120/80 mmHg
N : 82 kl/mnt
Rr : 18 kl/mnt
S : 36 drjt
- IUD terpasang
- Ibu mantap menjadi peserta IUD baru
- Keadaan umum baik
A : Ibu menjadi peserta KB IUD baru,dengan pemasangan tanpa komplikasi.
P : Evaluasi saat kontrol berikutnya mengenai efek samping dan komplikasi IUD.

asNeo Bercak mongol

PEMBAHASAN

BERCAK MONGOL DAN HEMANGIOMA

A. Bercak Mongol

  1. Pengetian Bercak Mongol

Yaitu noda yang berwarna biru atau abu-abu seperti batu tulis, mirip tanda lebam. Dapat muncul di bagian bokong atau punggung, dan kadang-kadang pada tungkai dan pundak, pada 9 dari 10 anak berkulit hitam, Timur dan keturunan Indian.

Noda yang tampak nyeri ini, juga sering terdapat pada bayi keturunan
Mediterania, tapi jarang terjadi pada bayi berambut pirang dan bermata biru.
Meski seringkali tampak pada saat lahir dan hilang dalam tahun pertama, tapi kadang-kadang tak muncul sampai beberapa waktu setelah lahir dan atau bertahan sampai dewasa.

2. Etiologi

Kemunculan tanda lahir disebabkan oleh adanya hal-hal tertentu yang terjadi dalam proses jalan lahir,misalnya trauma lahir atau terjadi pembuluh darah yang melebar.

Soal bahaya atau tidak harus dilihat dulu dari perkembangan tanda lahir ini. Misalnya ada tanda kemerahan bila karena jalan lahir, biasanya sehari juga akan hilang tapi kalau setelah seminggu masih tetap ada maka harus dipantau lagi perkembangannya tapi tanda lahir ini tidak membahayakan.

Jenis-jenis tanda lahir (birthmark), antara lain sebagai berikut :

Port Wine Stains

Tanda lahir ini berwarna merah atau merah muda. Tanda lahir ini muncul karena disebabkan oleh pembuluh rambut yang membesar di dalam kulit.


Strawberry Marks

Pada mulanya, tanda lahir ini muncul sebagai titik merah kecil yang tidak jelas terlihat, namun tumbuh menjadi lebih besar ketika bayi memasuki bulan pertamanya.


Mongolian Spot

Tanda lahir ini sering dijumpai pada bayi-bayi Asia. Tanda lahir ini memiliki warna biru kehitaman, dan sering muncul di daerah lengan, punggung,atau bokongbayi.

Salmon Patches

Tanda lahir ini sering disebut juga sebagai stork bites (gigitan burung bangau).

Pigmented Naevy

Tanda lahir ini memiliki warna coklat pucat. Tanda lahir ini juga akan membesar sesuai dengan pertambahan berat badan bayi

.


Hemangioma

Tanda lahir ini berbentuk benjolan tidak beraturan, dan memiliki warna merah. Merupakan jenis tanda lahir yang sering dijumpai pada bayi perempuan, dan umumnya muncul pada ras Kaukasia. Hemangioma dapat membesar hingga ukuran ibu jari orang dewasa hingga bayi berumur 18 bulan. Setelah itu, akan mengempis dan memudar dalam waktu 3 hingga 10 tahun. Jika Hemangioma mengganggu karena menutupi mata sehingga dapat mengganggu pengelihatan, sebaiknya segera hubungi dokter.

3. Pencegahan

Bercak mongol belum diketahui secara pasti cara pencegahannya namun dalam dunia kedokteran tanda lahir ini tak terlalu dipersoalkan sebab Begitu bayi lahir yang lebih kita perhatikan adalah hal-hal yang akan

Membahayakan nyawanya misalnya fungsi paru,jantung dan sebagainya.

Kendati demikian masih banyak para ibu merasa terganggu dengan adanya tanda lahir ini dan sebaiknya konsultasikan ke dokter anak. Misalnya, terjadi gatal-gatal yang mengganggu di tanda lahir atau bercak mongol yang ada pada penderita.

  1. Hemangioma

  1. Pengertian Hemangioma

Hemangioma adalah suatu tumor jaringan lunak yang sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak berusia kurang dari 1 tahun (5-10%). Biasanya, hemangioma sudah tampak sejak bayi dilahirkan (30%) atau muncul setelah beberapa minggu setelah kelahiran (70%). Hemangioma muncul di setiap tempat pada permukaan tubuh, seperti; kepala, leher, muka, kaki atau dada. Jangan takut, umumnya hemangioma tidak membahayakan karena sebagian besar kasus hemangioma dapat hilang dengan sendirinya beberapa bulan kemudian setelah kelahiran. Harus diwaspadai bila hemangioma terletak di bagian tubuh yang vital, seperti pada mata atau mulut. Hal ini dikarenakan, bila menutupi sebagian besar tempat tersebut akan mengganggu proses makan dan penglihatan, atau bila hemangioma terjadi pada organ dalam tubuh (usus, organ pernafasan, otak) dapat mengganggu proses kerja organ tersebut.

  1. Etiologi

Hemangioma terjadi karena adanya proliferasi (pertumbuhan yang berlebih) dari pembuluh darah yang tidak normal, dan bisa terjadi disetiap jaringan pembuluh darah. Hemangioma termasuk tumor jinak yang banyak terdapat pada bayi dan anak. Hingga saat ini apa yang menjadi penyebabnya masih belum jelas, namun diperkirakan berhubungan dengan mekanisme dari control pertumbuhan

pembuluh darah.

Bentuk Hemangioma dan letaknya:


Hemangioma Kapiler (superficial hemangioma), terjadi pada kulit bagian atas. Hemangioma Kapiler disebut juga Strawberry Hemangioma (hemangioma simplek), terjadi pada waktu lahir atau beberapa hari setelah lahir. Sering terjadi pada bayi premature dan biasanya akan menghilang beberapa hari atau beberapa minggu kemudian. Gejalanya: tampak bercak merah yang lama kelamaan makin besar. Lama kelamaan warnanya menjadi merah menyala, berbatas tegas dan keras bila diraba.

Pada penderita biasa tidak mengalami komplikasi serius atau pertumbuhan berlebi yang menghasilkan destruksi jaringan dan kelainan burk yang berat. Penanganannya terdiriatas observasi dengan harapan kesi menghilang sendir.karena hampr semua lesi menghilang spontan, jarang terjadi gangguan yang dapat berakibat buruk.orang tua memerlukan ketentraman hati berulna dan dukungan.

Jenis hemangioma ini terdiri dari nevus simpleks atau nevus buah arbei dan nevus flameus.nevus simpleks kalau sudah terbentuk tampak seperti buah arbei menonjol,berwarna merah cerah dengan cekungan kecil.perkembangannya dimulai dengan titik kecil pada waktu lahir, membesar cepat,dan menetap pada usia kira-kira delapan bulan. Kemudian akan mengalami regresi spontan dan menjadi pucat karena fibrosis setelah usia satu tahun. Proses regresi berjalan sampai usia 6-7 tahun.

Nevus flemeus ada sejak lahir, menetap dan rata dengan permukaan kulit kecuali bila teriritasi dapat menonjol ditempat iritasi tersebuthemangioma buah arbei sebaiknya dibiarkan mengalami regrasi spontan.jadi, walaupun besar,mencolok, dan tampak menakutkan, jenis ini tidak memerlukan tindakan selain pemasangan pembalit elastis dengan sedikit penekanan secara terus-menerus tindakan ini membantu mempercepat proses regresi..

Jika flemeus di tanggulangi dengan eksisi, kalau perlu ditambah dengan cangkok kulit.dapat pula dilakukan perajahan untuk menyamarkan warna. Penanggulangan dengan dengan laser argon umumnya cukup memuaskan.untuk hemangioma kavernosum satu-satunya cara adalah ekstirpasi.pada jenis yang luas dapat dibantu dengan embolisasi dengan panduan angiografi. Embolisasi membantu memperkecil tumor untuk memudahkan tindakan bedah

Kadang inflitrasi menyusup jauh kedalam sehingga diperlukan pembedahan luas. Kelainan ini dapat kambuh dari sisa hemangioma yang sukar dicapai pada pembedahan

Hemangioma Kavernosum, terjadi pada kulit yang lebih dalam yaitu di bagian dermis dan subkutis (lapisan pada kulit). Pada beberapa kasus, kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi bersamaan dan dinamakan Hemangioma campuran. Hemangioma Kavernosum biasanya memiliki batas tegas, berupa benjolan berwarna merah keunguan. Bila ditekan mengempis dan menggembung kembali bila dilepas. Kelainan ini terdiri dari elemen vascular (pembuluh darah) yang matang, dan terdapat pada lapisan jaringan yang dalam pada otot atau organ dalam.

Hemangioma kavernosa merupakan lesi yang dalam dan tampak lebih difus dan lebih sakit dari pada hemangioma kapiler. Lesi bersifat kistik, keras atau

Dapat di tekan dan kulit di atasnya tampak berwarna normal atau kebiruan.

Hemangioma kavernosa disertai dengan mikrosfali dan pseudepapiladema pada sindroma autosom dominan yang jarang ditemui dan terjadi dengan frekwensi yang bervriasi pada sel 1 dan penyakit gorham.

Hemangioma campuran banyak ditemukan pada ekstremitas inferior (alat gerak tubuh bagian bawah, misalnya; kaki, paha, dll), unilateral (satu sisi bagian tubuh, misalnya; paha kiri/kanan), soliter (tunggal) dan terjadi sejak lahir atau pada masa anak-anak. Ciri-cirinya; tonjolan bersifat lunak dan berwarna merah kebiruan yang terletak di superficial (permukaan) dalam atau di organ dalam.

Hemangioma dan Jenisnya:
1. Hemangioma Intramuscular yang terjadi pada orang dewasa dengan umur kurang dari 30 tahun, terjadi pada ekstremitas inferior (alat gerak bagian bawah) terutama paha, terjadi perubahan warna pada permukaan kulit sekitar hemangioma, pembesaran ekstremitas, peningkatan suhu di area hemangioma, serta nyeri.



2. Choroidal Hemangioma, tumbuh dalam pembuluh darah retina yaitu di koroid, dapat menyebabkan pelepasan jaringan retina bila terdapat kebocoran cairan, dan terdapat di macula (pusat penglihatan). Bentuknya bulat dengan warna merah oranye. Tumor ini bisa meluas.


3. Spindle cell Hemangioma, terletak dilapisan dermis atau subkutis dari ekstremitas distal (pada tangan).
4 Gorham disease, menimbulkan nyeri, penderita biasanya berumur kurang dari 40 tahun. Terlihat hipervaskularisasi (peningkatan pembuluh darah) dari tulang. Gambaran radiology pada pasien ini menunjukkan terputusnya tulang.

  1. Patofisiologi

Meskipun mekanisme yang jelas mengenai kontrol dari pertumbuhan dan involusi hemangioma tidak begitu dimengerti, pengetahuan mengenai pertumbuhan dari pembuluh darah yang normal dan proses angiogenesis dapat dijadikan petunjuk. Vaskulogenesis menunjukkan suatu proses dimana prekursor sel endotel meningkatkan pembentukan pembuluh darah, mengingat angiogenesis berhubungan dengan perkembangan dari pembuluh darah baru yang ada dalam sistem vaskular tubuh. Selama fase proliferasi, hemangioma mengubah kepadatan dari sel-sel endotel dari kapiler-kapiler kecil. Sel marker dari angiogenesis, termasuk proliferasi dari antigen inti sel, collagenase tipe IV, basic fibroblastic growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali oleh analisis imunokimiawi (Olmstead, et al., 1994; Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).
Hemangioma superfisial dan dalam, mengalami fase pertumbuhan cepat dimana ukuran dan volume bertambah secara cepat. Fase ini diikuti dengan fase istirahat, dimana perubahan hemangioma sangat sedikit, dan fase involusi dimana hemangioma mengalami regresi secara spontan. Selama fase involusi, hemangioma dapat hilang tanpa bekas. Hemangioma kavernosa yang besar mengubah kulit sekitarnya, dan meskipun fase involusi sempurna, akhirnya meninggalkan bekas pada kulit yang terlihat. Beberapa hemangioma kapiler dapat involusi lengkap, tidak meninggalkan bekas.

4. Manifestasi klinik

Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang ditunjukkan tergantung kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi baru lahir, hemangioma dimulai dengan makula pucat dengan teleangiektasis. Sejalan dengan perkembangan proliferasi tumor gambarannya menjadi merah menyala, mulai menonjol, dan noncompressible plaque. Hemangioma yang terletak di dalam kulit biasanya lunak, masa yang terasa hangat dengan warna kebiruan. Seringkali, hemangioma bisa berada di superfisial dan di dalam kulit. Hemangioma memiliki diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Hemangioma bersifat solid, tapi sekitar 20% mempunyai pengaruh pada bayi dengan lesi yang multipel (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002; Drolet, et al., 2004).

  • Bayi perempuan mempunyai resiko tiga kali lebih besar untuk menderita hemangioma dibanding bayi laki-laki, dan insidensi meningkat pada bayi prematur. Kurang lebih 55% hemangioma ditemukan pada saat lahir, dan perkembangannya pada saat minggu pertama kehidupan. Dulunya, hemangioma menunjukkan fase proliferasi awal, involusinya lambat, dan kebanyakan terjadi resolusi yang komplit. Jarang sekali hemangioma menunjukkan pertumbuhan tumor pada saat lahir. Walaupun perjalanan penyakit dari hemangioma sudah diketahui, sangat sulit untuk memprediksi durasi dari pertumbuhan dan fase involusi untuk setiap individu. Superfisial hemangioma biasanya mencapai ukuran yang maksimal sekitar 6-8 bulan, tapi hemangioma yang lebih dalam mungkin berproliferasi untuk 12-14 bulan. Pada beberapa kasus dapat mencapai 2 tahun. Onset dari involusi lebih susah untuk diprediksi tapi biasanya digambarkan dari perubahan warna dari merah menyala ke ungu atau keabu-abuan. Kira-kira 20-40% dari pasien mempunyai sisa perubahan dari kulit, hemangioma pada ujung hidung, bibir, dan daerah parotis biasanya involusinya lambat dan sangat besar. Hemangioma superfisial pada muka sering meninggalkan noda berupa sikatrik (Kushner, et al., 1999; Katz, et al., 2002).

Gambaran klinis umum ialah adanya bercak merah yang timbul sejak lahir atau beberapa saat setelah lahir, pertumbuhannya relatif cepat dalam beberapa minggu atau beberapa bulan; warnanya merah terang bila jenis strawberry atau biru bila jenis kavernosa. Bila besar maksimum sudah tercapai, biasanya pada umur 9-12 bulan, warnanya menjadi merah gelap (Katz, et al., 2002).

5 Penanganan

Ada 2 cara pengobatan:
1. Cara konservatif

Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulan-bulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun (Hamzah, 1999).
Hemangioma superfisial atau hemangioma strawberry sering tidak diterapi. Apabila hemangioma ini dibiarkan hilang sendiri, hasilnya kulit terlihat normal (Kantor, 2004).
2. Cara aktif
Hemangioma yang memerlukan terapi secara aktif, antara lain adalah hemangioma yang tumbuh pada organ vital, seperti pada mata, telinga, dan tenggorokan; hemangioma yang mengalami perdarahan; hemangioma yang mengalami ulserasi; hemangioma yang mengalami infeksi; hemangioma yang mengalami pertumbuhan cepat dan terjadi deformitas jaringan (Anonim, 2005).

2.1. Pembedahan
Indikasi :
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat, mungkin memerlukan eksisi lokal untuk mengendalikannya (Hamzah, 1999).
2.2. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena:
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila diperlukan suatu tindakan.
Walaupun radiasi digunakan secara luas dalam masa lampau untuk mengobati hemangioma, pada saat ini jarang digunakan karena komplikasi jangka lama terapi radiasi, serta fakta bahwa kebanyakan hemangioma kapiler akan beregresi (Hamzah, 1999).
2.3. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah:
1. Apabila melibatkan salah satu struktur yang vital.
2. Tumbuh dengan cepat dan mengadakan destruksi kosmetik.
3. Secara mekanik mengadakan obstruksi salah satu orifisium.
4. Adanya banyak perdarahan dengan atau tanpa trombositopenia.
5. Menyebabkan dekompensasio kardiovaskular.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran. Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan, lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadang-kadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat (Hamzah, 1999).
Hemangioma kavernosa yang tumbuh pada kelopak mata dan mengganggu penglihatan umumnya diobati dengan steroid injeksi yang menurunkan ukuran lesi secara cepat, sehingga perkembangan penglihatan bisa normal. Hemangioma kavernosa atau hemangioma campuran dapat diobati bila steroid diberikan secara oral dan injeksi langsung pada hemangioma (Kantor, 2004).
Penggunaan kortikosteroid peroral dalam waktu yang lama dapat meningkatkan infeksi sistemik, tekanan darah, diabetes, iritasi lambung, serta pertumbuhan terhambat (Anonim, 2005).
2.4. Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pada lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%, HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatrik (Hamzah, 1999).
2.5. Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk hemangioma senilis dan granuloma piogenik (Hamzah, 1999).
2.6. Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair (Hamzah, 1999).
2.7. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada hemangioma yang mengalami ulserasi.
Selain itu dilakukan perawatan luka secara steril (Anonim, 2005).